• Jumat, 29 September 2023

MATAYANI, Luka Pada Kanvas

- Minggu, 28 Mei 2023 | 18:14 WIB
Oktaviyani Bersama salah satu lukisan dalam pameran tunggalnya di Ruangdalam Art House, Yogyakarta, Rabu (24/05). (TPJ - Aprila Wayar)
Oktaviyani Bersama salah satu lukisan dalam pameran tunggalnya di Ruangdalam Art House, Yogyakarta, Rabu (24/05). (TPJ - Aprila Wayar)

The Papua Journal - Walau beberapa lukisannya “hancur” tersayat pisau cutter, Octaviyani berhasil mewujudkan impian setiap pelaku seni rupa, yaitu menggelar pameran tunggal bertajuk MATAYANI.

Oktaviyani, nama pelukis perempuan yang berani melawan dan menghadapi rasa takut dan traumanya.

Baca Juga: Film ORPA: Antara Idealisme dan Kontradiksi

Menurutnya, latar belakang setiap seniman itu memang mempengaruhi setiap karyanya. Entah disadari atau tidaknya, misalkan dari objek pilihan di karya atau dari idenya.

“Kalau untuk karya-karya saya sendiri, memang dilatarbelakangi kisah saya sehari-hari,” kata Oktaviyani kepada The Papua Journal di Ruangdalam Art House, Yogyakarta, Rabu (24/05).

Yani, panggilan akrab Oktaviyani ini mengaku seorang introvert yang sedikit mengalami kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal sehingga curahan hatinya dilakukan lewat media, karya visual.

“Kanvas ibaratkan mulut yang memungkinkan karya berbicara melalui bentuk dan warna. Hal ini adalah cara membisikkan rahasia, membagikan semangat sekaligus menumpahkan kesedihan,” kata perempuan kelahiran 27 Oktober 1994 ini lagi.

Baca Juga: 3 Tokoh Papua yang 'Disalibkan'

Lanjutnya, dalam proses, keegoisan, kebencian, kegelisahan, ketakutan menjadi bumbu di setiap komposisi karya. Di waktu yang bersamaan, menata segala emosi melalui unsur-unsur tersebut berarti juga menata segala emosi dengan baik menuju pencapaian estetis.

“Ini yang kemudian secara perlahan akan memulihkan trauma terhadap kejadian masa lalu. Proses kegiatan berkarya seperti ini membawa saya memasuki dunia imajinasi,” ujar Oktaviyani dengan nada sendu.

Dalam keadaan sunyi, jauh dari realitas yang tidak mendukung, pikirannya seakan dibawa berpetualang dalam alam imajinasi. Di dalam pengalaman batin itu, pencapaian estetis dalam karya yang diselesaikan akan memunculkan semangat berkarya, kepuasan pribadi, kebahagiaan, dan anugrah yang tidak ternilai.

“Bukan hanya untuk dinikmati diri sendiri, karya yang berisi muatan kisah, emosi, ekspresi jiwa tersebut diharapkan mampu berdialog dengan audiens,” kata perempuan mungil alumnus ISI Yogyakarta di antara lukisan-lukisan karyanya.

Baca Juga: Lapak Baca Buku di Papua Wajib Dikunjungi

Walau menceritakan kisah dan pengalaman pribadi, namun karya yang terlahir berbicara dengan “caranya sendiri” yang memungkinkan siapapun untuk menginterpretasikan ulang ketika mengikuti alam bawah sadar mereka.

Halaman:

Editor: Aprila Wayar

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X