The Papua Journal - Noken merupakan warisan budaya leluhur bagi orang Papua dan tas tradisional yang berasal dari Papua, tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar orang Papua terkhusus perempuan pasti menjadikan Noken sebagai bagian dari diri mereka.
Bukan hal yang baru ketika saat dijumpai kita akan melihat banyak orang Papua yang memakai Noken saat bepergian atau melakukan aktifitas lainnya.
Terdapat 3 alasan utama mengapa perempuan Papua harus merajut Noken berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh The Papua Journal.
The Papua Journal melakukan survey terkait Noken, mengapa perempuan Papua harus merajut Noken dan bagaimana pandangan mereka terkait Noken.
Survey ini dilakukan melalui sebaran google form.
Baca Juga: Dua Tahun Kepengurusan RK ANPROPAKOS di Jayapura
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa merajut Noken sebenarnya dapat juga dilakukan oleh kaum laki-laki, siapa saja bisa melakukannya tetapi berdasarkan survey yang dilakukan oleh The Papua Journal, merajut Noken ternyata didominasi oleh kaum Perempuan dengan alasan-alasan tertentu.
The Papua Journal merangkum setiap jawaban yang diisi oleh partisipan secara acak dan menyimpulkan bahwa terdapat 3 alasan utama mengapa perempuan Papua merajut Noken serta alasan yang mendasarinya.
1. Warisan Budaya
"Noken merupakan warisan leluhur dan kebudayaan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya" jelas, Petronela Mote (23)
Lanjutnya bahwa Noken dapat digunakan untuk mengisi kebutuhan dari hasil bumi, mengisi makanan bahkan dipakai untuk gendongan bayi dan berharap agar jangan sampai budaya Noken menjadi punah, sehingga perempuan Papua harus terus merajut Noken.
Baca Juga: Hari Arwah Sedunia, Umat Katolik Jayapura dan Keerom akan Ziarah ke Makam Misionaris
Senada dengan Petronela Mote, Fransiska Bobii (24) mengatakan juga bahwa merajut Noken selain karena warisan budaya juga berarti kita merajut masa depan.
"Merajut Noken selain karena warisan budaya, merajut Noken juga sama halnya dengan kita merajut masa depan" jelas, Fransiska Bobii (24).
Artikel Terkait
Melawan Budaya Bisu
Bawaslu Paniai: Sistem Noken Tetap JalanĀ
Tugu Roket, Mahasiswa Minta Konsep Pembangunan Harus Berbasis Budaya
DPMA Knasaimos Gelar Sidang Adat di Teminabuan, Papua Barat
LBH Papua: Aparat Tidak Boleh Terlibat Dalam Proyek Bendungan Kali Muyu
Informasi Perizinan Ditutup, Perwakilan Masyarakat Adat Awyu Gugat DPMPTSP Provinsi Papua
Tanggal 25 Oktober Diperingati sebagai Hari Peradaban Papua