Oleh: Ekyen Rellyx Kenangalem
Pendahuluan
Manusia diciptakan berpasang-pasangan dengan lawan jenis, akan tetapi jika dijumpai saat ini dalam kehidupan manusia modern, hubungan seksual tidak saja terjadi dengan lawan jenis, tapi juga sesama jenis, yang dikenal dengan homoseksual bagi kelompok laki-laki dan lesbi bagi kelompok perempuan. Tapi seseorang juga dapat menjalin hubungan dengan laki-laki dan perempuan atau yang disebut dengan istilah biseksual, tidak hanya itu seorang pria yang memilki identitas atau ekspresi gender yang berbeda dengan seksnya disebut dengan istilah transgender.
LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) sudah ada sejak lama tapi masih dianggap tabu oleh sebagian individu, apalagi di dalam sebuah negara yang aturan agamanya keras.
Individu yang memiliki kecenderungan Lesbi, Gay, Biseksual atau Transgender akan dianggap sebagai individu paling berdosa, tabu kalau dibicarakan, akhirnya secara pelan tapi pasti individu tersebut merasa diasingkan, merasa tidak berharga, merasa tidak memiliki makna hidup, padahal pada dasarnya kita semua adalah manusia yang layak dan pantas diperlakukan sama tanpa melihat orientasi seksual tertentu.
Baca Juga: MOP: Putus
Orientasi seksual adalah pilihan atau preferensi untuk menjalin relasi dan ketertarikan secara fisik, seksual, emosional, dan romantik yang ada pada setiap manusia (Kaplan, dkk 1997). Istilah orientasi seksual dibuat dengan tujuan untuk menekankan keanekaragaman berdasarkan identitas seksualitas dan gender.
Biseksual adalah bagian dari orientasi seksual yang merupakan suatu ketertarikan terhadap lawan dan sesama jenis kelamin (Crooks & Baur, 2005). Pada tahun 2003, Rankin melakukan penelitian pada mahasiswa LGBT.
Penelitian tersebut dilakukan pada 1.000 mahasiswa,150 fakultas, 467 sfaf dari 14 perguruan tinggi berbeda di Amerika Serikat.
Hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa 29% mahasiswa LGBT mengalami pelecehan seksual di kampus, 20% dari responden mengalami ketakutan karena diserang secara fisik karena orientasi seksual yang berbeda dari pada umumnya, 51% menyembunyikan orientasi seksual dan identitas seksual agar menghindari intimidasi dari orang lain.
Seperti yang sudah dipaparkan di atas bahwa fenomena LGBT menjadi pro dan kontra di masyarakat.
Di satu sisi keberadaan LGBT diharapkan dapat dihargai dari sisi kemanusiaan, namu di sisi lainnya terdapat pandangan sebagai kondisi yang menyimpang dan belum sesuai tatanan sosial yang ada (Kalawaly, dkk 2021).
Baca Juga: Himbauan IDAI bagi Masyarakat Terkait Kasus GgGAPA
Artikel Terkait
Wisata Danau Paniai
Melawan Budaya Bisu
Pertarungan Naina di Pesisir Bakau Waropen
Polarisasi Pemuda Terhadap Musim Semi Politik
Mencermati Perjanjian Roma dalam Sejarah Bangsa Papua
Kisah Perjuangan Perempuan Papua dari Masa ke Masa
Susahnya Berobat di Nabire, Harus Beli Obat di Luar
Jangan Berikan Kami Uang, Beri Kami Pengetahuan