• Jumat, 29 September 2023

Misi Katolik Di Wilayah Vogelkop atau Kepala Burung, Papua

- Selasa, 21 Maret 2023 | 18:48 WIB
Pater Le Cocq d’Armandville, SJ (IST)
Pater Le Cocq d’Armandville, SJ (IST)

Stasi Sorong mulai berkembang setelah selesainya Perang Dunia II. Pada tahun 1956 di pulau Doom didirikan sebuah Gereja pada tanggal 01 Januari 1958, kemudian menyusul sebuah pastoran mini.

Pada tahun berikutnya (1959) Pater Rijven mendirikan sebuah Sekolah SD dengan enam kelas di Remu, yang jaraknya kira-kira 8 Km jauhnya dari kota Sorong.

Baca Juga: JO Sembiring Minta Egianus Kagoya Bebaskan Pilot Susi Air

Kemudianya menyusul pembangunan sebuah gereja. Gereja ini diberkati oleh Mgr. van Diepen, OSA pada tanggal 12 Februari 1960.

Perkembangan stasi Sorong tak terlepas dari kehadiran perusahan minyak. Pada tahun 1962, jumlah orang Katolik di Sorong sebanyak 607 jiwa dan jumlah anak sekolahpun menurun.

Paroki Fakfak sesudah Perang Dunia II masih dilayani oleh para Fransiskan (OFM). Pada tahun 1962 datanglah beberapa anggota OSA, mereka adalah Pater van Beurden, Pater Neyzen dan kemudian Pater Gonzales.

Dengan kehadiran para Agustinian (OSA) ini maka paroki Fak-Fak diserahkan secara penuh kepada OSA. Pada waktu itu di Fak-Fak tinggal tiga saudara Fransiskan (OFM), mereka adalah Pater van Maanen, Pater Peters dan Pater Nerius Louter.

Di Manokwari sesudah Perang Dunia II, tepatnya pada tahun 1950, Pater van de Pavert (Fransiskan) masih menjadi pastor paroki di sana.

Baca Juga: Hari Raya Suci Nyepi, Pemprov Papua Barat Cuti Bersama

Pada tahun 1956 datanglah Pater van Diepen (Agustinian) di Manokwari dan pada tahun yang sama Manokwari sudah dilayani oleh OSA.

Pada tahun berikutnya Pater van Diepen pindah tugas ke Sorong, dan Manokwari dilayani oleh Pater Alex Snelting. Di Paroki Manokwari sudah ada SD, Asrama Vincentinus, dimana puluhan anak tinggal di situ. Kemudian hari, pada tahun 1959 paroki Manokwari dibantu oleh para Suster Konggregasi Darah Mulia.

Stasi lain yang ditinggalkan oleh para Fransiskan (OFM) ialah, stasi Bintuni. Stasi ini sudah sekian lama tak dilayani oleh para misionaris. Pater Agustin yang pertama tinggal di Bintuni ialah Pater van Baarsen.

Beliau tiba dengan selamat di Bintuni pada tahun 1957. Dibawah pelayanannya gereja dan sekolah yang baru dapat didirikan, demikian pula sebuah asrama. Pada tahun 1960 ia digantikan oleh Pater Noerds.

Para Agustin (OSA) tidak hanya tinggal diam atau singkat kata, hanya melanjutkan misi yang sudah dikerjakan oleh para Fransiskan (OFM) saat itu. Para Agustin (OSA), mulai membuka stasi-stasi baru.

Baca Juga: Dibuka Pendaftaran 11 Jenis Perlombahaan Jelang Hari Jadi Pemda Teluk Wondama

Halaman:

Editor: Manfred Kudiai

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Hukum Tanah Setempat

Rabu, 20 September 2023 | 12:00 WIB

Berkolektiflah Kaum Milenial

Minggu, 10 September 2023 | 17:54 WIB

RLS dan Investasi

Rabu, 19 Juli 2023 | 23:17 WIB

Tanah Adat: Tanpamu Aku Rapuh

Jumat, 5 Mei 2023 | 10:00 WIB

Mengapa Saya Menjadi Agnostik?

Selasa, 11 April 2023 | 12:00 WIB

Apa Arti Kamis Putih?

Kamis, 6 April 2023 | 18:43 WIB

Para-para Kamp Wolker

Selasa, 14 Maret 2023 | 21:47 WIB
X