• Jumat, 29 September 2023

Mengapa Saya Menjadi Agnostik?

- Selasa, 11 April 2023 | 12:00 WIB
Ilustrasi - Agnostik (IST)
Ilustrasi - Agnostik (IST)

(Tidak lama setelah meminum pil Absurdisme)

Oleh: SokPalingPaham*

 

Waktu kecil saya diajarkan di gereja bahwa Tuhan itu ada. Dia ada di sana. Duduk di sebuah tahta lengkap dengan jubah putih keemasan persis seperti pastor yang saya lihat setiap minggu.

Seingat saya, gambaran mengenai Tuhan yang muncul di benak terbentuk ketika saya terekspos oleh potret seorang bule dari abad pertengahan yang mengenakan jubah merah biru dengan gambar hati dikelilingi duri.

Ada juga lukisan sosok seorang Kaukasian yang sedang berdiri mengenakan jubuh putih bersinar yang menerangi cakrawala sambil dikelilingi oleh manusia-manusia bersayap.

Baca Juga: Perempuan Papua Melawan Masa Sulit

Masih ada beberapa gambaran tentang Tuhan yang terekam selama masa kecil saya. Memori visual ini nantinya sangat kuat berpengaruh terhadap pengalaman transdensial dalam sebuah periode hidup saya.

Di tengah keluarga yang beragama, mental saya dibentuk menjadi kuat hanya ketika berada di dekat “allah” saja. Berada jauh darinya membuat saya lemah, cepat putus asa dan tidak punya tujuan hidup.

Jadi, Tuhanlah yang menjadi tujuan utama dalam hidup saya. Agama menjadi perahu yang mengantar saya ke tujuan akhir tersebut. Dengan pandangan hidup seperti ini, saya makin sadar bahwa hidup saya ini bukan punya saya.

Bahkan sebelum saya lahir, sudah ada rencana Tuhan di dalamnya. Saya dalam hal ini tinggal menggenapi rencana tersebut saja. Otomatis, saya tidak berkuasa sepenuhnya atas hidup saya. Apalagi dalam sebuah fase perjalanan hidup saya, ada beberapa pengalaman ‘spiritual’ yang cukup dramatis.

Baca Juga: Upaya Negara, Agama dan Adat dalam Mengontrol Seksualitas Perempuan

Sejak saat itu, saya menjadi semakin yakin bahwa ada sebuah kekuasaan yang jauh lebih besar dari saya di mana saya harus hidup sesuai dengan otoritas kekuasaan tersebut. Hidup saya hanyalah pemberian semata.

Oleh karena itu, saya wajib mengabdikan seluruh jiwa raga saya kepada sang pemberi hidup. Dalam hati kecil, saya berkata bahwa jika saya bisa bersikap baik terhadap Tuhan, maka Tuhan pun akan bersikap baik terhadap saya.

Halaman:

Editor: Manfred Kudiai

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Hukum Tanah Setempat

Rabu, 20 September 2023 | 12:00 WIB

Berkolektiflah Kaum Milenial

Minggu, 10 September 2023 | 17:54 WIB

RLS dan Investasi

Rabu, 19 Juli 2023 | 23:17 WIB

Tanah Adat: Tanpamu Aku Rapuh

Jumat, 5 Mei 2023 | 10:00 WIB

Mengapa Saya Menjadi Agnostik?

Selasa, 11 April 2023 | 12:00 WIB

Apa Arti Kamis Putih?

Kamis, 6 April 2023 | 18:43 WIB

Para-para Kamp Wolker

Selasa, 14 Maret 2023 | 21:47 WIB
X