Oleh : Frengki Ilintamon*
Budaya adalah rumah, tempat kita pulang dari perjalanan yang jauh, tempat kita dididik oleh orang tua, tempat kita mendekatkan diri kepada sang Pencipta. Budaya adalah mama yang diutus oleh Tuhan untuk kita bisa merasakan cinta kasihnya.
Koteka untuk kaum pria suku suku yang ada di Papua, lebih khusus beberapa suku pegunungan Papua menggunakan koteka bentuknya panjang yang hanya biasa menutupi penis kemaluan seorang laki-laki.
Bahannya menggunakan koteka diambil dari halaman rumah juga di tanam di perkebunan yang telah ditanam sebelumnya.
Baca Juga: Cerbung: Pemburu Babi (III)
Koteka adalah warisan leluhur orang Papua. Sebagai salah satu perlengkapan dalam melangsungkan hidup manusia Papua, manusia membutuhkan berbagai perlengkapan peralatan untuk mempermudah kehidupannya.
Selanjutnya, berbagai peralatan dari yang sederhana sampai modern diciptakan, seperti alat-alat rumah tangga, produksi, transportasi, dan berbagai bentuk teknologi yang makin lama makin canggih.
Di masyarakat suku beberapa suku di Pegunungan Papua secara keseluruhan memiliki peralatan hidup yang sama dengan peralatan hidup yang dimiliki oleh suku suku lain di Indonesia secara umum.
Dalam keberlangsungan hidup masyarakat beberapa suku di Papua memiliki beberapa peralatan hidup yang digunakan oleh nenek moyang hingga saat ini masih digunakan di pedalaman selain pelajaran hidup yang modern.
Saat ini orang Papua yang menggunakan koteka, sering dianggap sebagai manusia yang ketinggalan zaman atau primitif, bahkan dalam negara Indonesia ini dilarang menggunakan koteka Papua karena dianggap mengandung unsur pornografi.
Sebagai anak muda Papua yang sadar dan mencintai budaya sebagai warisan leluhur, penulis sangat sedih ketika melihat larangan terhadap budaya koteka di Papua. Penulis sadar bahwa ini adalah bentuk kekerasan untuk menguasai dan menjajah pribumi atas leluhur, bentuk dari pelarangan menggunakan koteka juga sebagai salah satu upaya untuk menguasai Papua.
Baca Juga: Penjabat Gubernur Papua Barat Daya Dilantik Mendagri
Jika ingin menguasi daerah orang lain maka musnahkan terlebih dahulu budaya dan adat istiadat daerah tersebut.
Artikel Terkait
Pertarungan Naina di Pesisir Bakau Waropen
Polarisasi Pemuda Terhadap Musim Semi Politik
Mencermati Perjanjian Roma dalam Sejarah Bangsa Papua
Kisah Perjuangan Perempuan Papua dari Masa ke Masa
Kesadaran adalah Awal Dari Keselamatan Papua
Kemerdekaan dalam Ingatan Bangsa Papua
Refleksi Natal 2022, Natal Membawa Kabar Baik
Tiga DOB Papua Diresmikan, RKUHP Disahkan, Bagaimana Nasib Rakyat dan Alam Papua?