The Papua Journal - Fawawi Club menggelar diskusi buku Papua-Suatu-Misteri">Hidup Papua Suatu Misteri, karya I Ngurah Suryawan bertempat di Kafe Main-main, Yogyakarta pada Senin (13/03) malam.
Diskusi tersebut dimoderatori oleh Mheei Warami, anggota Fawawi Club dan dihadiri oleh anggota Fawawi Club lainnya yang mendiskusikan buku Papua-Suatu-Misteri">Hidup Papua Suatu Misteri karya I Ngurah Suryawan yang adalah seorang Antropolog dan Dosen di Unipa Manokwari, Papua Barat tersebut.
Baca Juga: Pilot Andre Pinto Sukses Mendarat di Lapangan Baru di Piyaiye, Begini Harapannya
Mheei Warami, membuka diskusi dengan menjelaskan tentang resensi singkat dari buku tersebut yaitu bahwa buku ini membahas tentang sekumpulan masalah orang Papua dan usaha untuk mengatasinya.
"Buku ini menceritakan sekelumit masalah orang Papua dan usaha untuk mengatasinya. Buku ini memaparkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dimana penulis terjun langsung ke dalam masyarakat, sehingga kasus yang dipaparkan dalam buku ini adalah satu dari sekian masalah yang dihadapi oleh masyarakat Papua," Ucap Mheei Warami di tempat diskusi.
Baca Juga: Women’s Day Diperingati Perempuan dari Berbagai Latar Belakang
Aprila Wayar, Penulis dan Jurnalis juga merupakan anggota Fawawi Club mengatakan bahwa pihaknya tidak melihat hal baru dalam buku tersebut tetapi memberikan apresiasi kepada penulis atas usahanya dalam peran literasi untuk anak muda Papua yang sangat peduli terhadap orang Papua.
Di tempat yang sama Ferdinando Ifan Yokit, anggota Fawawi Club mengatakan bahwa buku tersebut lahir semacam bentuk konfirmasi dari apa yang kita rasakan dan terjadi di Papua.
"Kita lahir dengan masalah yang dituliskan didalam buku, sehingga buku ini lahir semacam bentuk konfirmasi dari apa yang kita rasakan. Justru yang terjadi di Papua semakin membuat pergeseran adat, yang akhirnya cara-cara inilah yang digunakan oleh para Elit Papua, lalu terjadi krisis identitas," jelas Ferdinando Ifan Yokit.
Baca Juga: Tiket Pesawat Jayapura-Wamena Mahal, Pemerintah Lalai Sejahterakan Rakyat
Ekyen Rellyx Kenangalem, anggota Fawawi Club mengatakan bahwa romantisasi dan kuasa terjadi pergeseran makna budaya bisa jadi beberapa tahun kedepan modifikasi budayal.
Sedangkan Benediktus Fatubun, Jurnalis sekaligus anggota Fawawi Club mengatakan bahwa melalui buku tersebut ada pesan yang secara tidak langsung disampaikan oleh penulis, dimana penulis mau bahwa orang Papua harus menulis ceritanya sendiri.
"Ada pesan yang secara tidak langsung disampaikan oleh penulis, bahwa anak Papua harus menulis ceritanya sendiri. Salah satu cara yang harus dipakai oleh anak muda Papua adalah melalui literasi," pungkas Benediktus Fatubun. (Boby Ahale)
Artikel Terkait
SKPKC Fransiskan Papua: Buku Seri Memoria Passionis Merupakan Upaya Penghormatan HAM
Buku Pangeran Harry Dijual Sebelum Peluncuran Resmi di Spanyol
3 Rekomendasi Buku Tentang Perempuan dan Tabu
Penerbit: Buku Pangeran Harry, Buku Non-Fiksi Terlaris di Inggris
Puisi: Buku Latihan Tidur
Buku Alamat dan Barang Lain Milik Elvis Presley Dilelang
Buku Utu Wigi Pito Wigi Menulis dan Berbagi Pengobar Api Revolusi Diluncurkan
Koalisi Kampus Untuk Demokrasi Papua akan Launching Buku dan Film Dokumenter
Koalisi Sebut Tujuan Peluncuran Buku dan Film Dokumenter
Buku dan Film Merebut Kendali Kehidupan: Refleksi, Perubahan dan Siasat Masyarakat Adat Diluncurkan