The Papua Journal - Seorang perempuan yang ingin berdoa mengambil kursi kosong dan berlutut di depannya.
Dengan berurai air mata, ia berkata, “Allah Bapaku, kumohon, duduklah di sini; aku ingin mencurahkan isi hatiku!”
Baca Juga: Izin Lingkungan Hidup DPMPTSP Provinsi Papua kepada PT Indo Asiana Lestari Dinilai Cacat
Sembari memandang kursi yang kosong itu, ia berdoa. Perempuan itu menunjukkan keyakinan saat datang kepada Tuhan, dengan membayangkan Allah duduk di atas kursi itu dan meyakini bahwa Allah sedang mendengarkan permohonannya.
Waktu bersama Allah merupakan momen yang penting, karena pada saat itulah kita berhubungan dengan Sang Mahakuasa. Allah ada untuk kita setiap saat, kita dapat terus mendekat kepada-Nya (Yak. 4:8).
Dia telah berjanji kepada kita, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20). Bapa kita di surga selalu menantikan kita untuk datang kepada-Nya, dan Dia selalu siap mendengarkan kita.
Baca Juga: BRIN Optimistis Jadi Penyedia Naskah Kebijakan untuk Pemerintah
Adakalanya kita sulit untuk berdoa ketika kita merasa lelah, mengantuk, sakit, dan kepayahan. Namun, di saat kita lemah atau menghadapi pencobaan, Yesus ikut merasakannya (Ibr. 4:15).
Karena itulah, kita dapat “dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (ay.16).
Kapan pun, dan di mana pun kita dapat berdoa kepada Tuhan. Mari kita tanamkan dalam hatiku untuk selalu mendekat kepada-Nya dengan iman dan keberanian.
Baca Juga: Agenda Joko Widodo ke Papua, Tokoh Pemuda Papua: Hanya Pencitraan
Allah yang Mahahadir selalu siap mendengarkan kita kapan pun. (*)
Artikel Terkait
Berani Mengambil Resiko
Bertahan dalam Penderitaan demi Injil
Full Access
Ini Aku, Utuslah Aku
Hasil dari Setiap Perbuatan